Senin, 27 Juni 2011

PEMILIHAN INDUSTRI PRIORITAS

PERMASALAHAN IKM BATIK

ANALISIS PERMASALAHAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PADA SENTRA INDUSTRI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Oleh : Ir. Heru Kustanto, M.Si dan Drs. Udin Syamsudin, MM  

Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan

Abstraksi
Tidak dapat dipungkiri bahwa industri kecil dan menengah memegang peranan yang sangat vital dalam perekonomian nasional terutama dalam sumbangannya pada penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, dalam operasionalnya IKM banyak menghadapi permasalahan-permasalahan. Untuk itu perlu dilakukan kajian-kajian yang lebih mendalam untuk melihat permasalahan yang ada secara lebih jernih.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu kinerja sentra industri Kampoeng Batik Laweyan yang paling dominan adalah faktor keuangan dan permodalan disusul dengan faktor pemasaran. Permasalahan di bidang keuangan dan permodalan yang paling dominan adalah masalah keterbatasan modal baik untuk modal kerja maupun modal investasi disusul dengan pembelian bahan baku harus secara tunai. Permasalahan di bidang pemasaran yang paling dominan adalah terbatasnya pemasaran pada daerah-daerah tertentu dan masalah sulitnya memperoleh pembeli/konsumen baru disusul. Permasalahan di bidang produksi yang paling dominan adalah masalah produktivitas peralatan/mesin yang rendah  dan tata letak pabrik yang kurang efisien. Sementara itu, permasalahan di bidang bahan baku yang paling dominan adalah masalah harga bahan baku yang terus meningkat dengan disusul dengan  sulitnya melakukan diversifikasi bahan baku. Untuk desain produk, permasalahan yang paling dominan adalah masalah desain produk yang lebih banyak ditentukan pembeli dan tidak dimilikinya desainer khusus. Di bidang ketenagakerjaan, masalah yang dominan yang paling dominan adalah masalah terbatasnya tenaga kerja terdidik dan terlatih di daerah sentra IKM disusul dengan produktivitas tenaga kerja yang rendah.
Langkah-langkah penyelesaian dapat dilakukan sendiri di tingkat IKM atau difasilitasi oleh pihak-pihak yang berwenang tergantung pada permasalahannya. Langkah-langkah penyelesaian tersebut hendaklah dilakukan secara terintegrasi dan tidak parsial (sendiri-sendiri atau terpisah-pisah).

KEWIRAUSAHAAN BATIK

INTERRELASI PENGUSAHA BARU BATIK  DALAM MENGEMBANGKAN DESAIN, PRODUKSI DAN MUTU BATIK UNTUK MELESTARIKAN KERAJINAN BATIK KAMPOENG LAWEYAN, SOLO

Oleh : Ir. Heru Kustanto, M.Si dan Ir. Novri, MM

Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan

Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi kondisi terkini IKM di Kampoeng Batik Laweyan dalam hal teknologi, desain dan mutu; (2) Menganalisis kondisi pengrajin batik Laweyan apakah ada hubungan tingkat keberhasilan antara pengusaha yang telah lama  yang mewarisi usaha ini turun temurun dengan pengusaha baru yang pertama merintis uasha kerajinan batik ini; dan (3) Menganalisis perbedaan diantara pengusaha lama dan pengusaha baru dari segi metode berproduksi, desain dan pengembangan mutunya  yaitu dalam hal inovasi dan kreativitas dalam melihat dan menata pengembangan usaha batik ini.
Dari hasil uji korelasi menunjukkan bahwa variabel jenis pengusaha tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan teknologi, dan desain. Tingkat teknologi di antara pengusaha-pengusaha batik yang ada di Laweyan relatif sama, tidak ada perbedaan antara pengusaha generasi penerus dengan pengusaha baru. Teknologi batik yang relatif sederhana mudah diadopsi oleh siapa saja yang ingin masuk ke bisnis batik.
Variabel jenis pengusaha mempunyai korelasi yang signifikan dengan variabel mutu. Pengusaha turunan/penerus dari generasi sebelumnya relatif mempunyai mutu yang mampu memuaskan keinginan konsumen.  Hal ini juga didukung oleh korelasi antara jenis pengusaha yang relatif signifikan pada tingkat kepercayaan yang lebih rendah yaitu 90% dengan indikator desainer.  Korelasi antara jenis pengusaha dengan indikator desainer bernilai positif, artinya bahwa pengusaha turunan/penerus dari generasi sebelumnya relatif mempunyai desainer khusus yang pada akhirnya mampu meningkatkan mutu batiknya.
Hasil uji korelasi antara indikator teknologi dengan indikator-indikator lain menunjukkan bahwa indikator teknologi tidak berkorelasi secara signifikan dengan indikator-indikator lainnya. Hal yang sama juga terjadi dengan indikator produksi yang tidak berkorelasi secara signifikan dengan indikator-indikator lainnya. Hal ini berarti bahwa perkembangan produksi batik tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel dalam penelitian ini.
Antara indikator trend dan indikator koleksi menunjukkan korelasi yang signifikan.   Perusahaan yang mempunyai koleksi desain batik akan dapat membandingkan perkembangan trend batik dari waktu ke waktu sehingga perusahaan yang bersangkutan bahkan dapat menciptakan trend batik tersendiri. Indikator mutu dan indikator desainer menunjukkan korelasi yang signifikan.  Korelasinya bernilai positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi mutu batik yang dihasilkan, semakin banyak desainer yang dimiliki perusahaan tersebut

Rabu, 22 Juni 2011

PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN BNSP

PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN BNSP DALAM
RANGKA PERCEPATAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

Oleh :
Ir. Heru Kustanto, M.Si dan Sukardjono, SH, MM
Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan

Abstraksi
Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi bahwa amanat Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk membentuk Badan Nasional Sertiflkasi Profesi (BNSP) yang independen untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja bagi tenaga kerja, baik yang berasal dari lulusan pelatihan kerja dan/atau tenaga kerja yang telah berpengalaman. BNSP sangat diperlukan sebagai lembaga yang mempunyai otoritas dan menjadi rujukan dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi kerja secara nasional. Strategi untuk memperkuat dan mengembangkan BNSP dilakkan dengan analisis SWOT dengan melihat sisi internal dan eksternal. Strategi-strategi tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat kesekretariatan dan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya baik di tingkat kementerian maupun non kementerian. Mengingat lembaga sertifikasi profesi yang akan muncul demikian banyak sesuai dengan beragamnya profesi yang ada di masyarakat, maka peranan BNSP dalam menyusun suatu sistem pengawasan mutlak dilakukan untuk menghasilkan lembaga-lembaga sertifikasi profesi yang kredibel, independent, profesional dan dapat dipercaya baik oleh pengguna jasa tenaga kerja maupun oleh calon tenaga kerja.


DEINDUSTRIALISASI : KONSEP DAN PENGALAMAN PADA BEBERAPA NEGARA INDUSTRI MAJU

Oleh :
Ir. Heru Kustanto, M.Si
Dosen Akademi Pimpinan Perusahaan

Abstraksi
Deindustrialisasi mempunyai dua dimensi, bisa berarti positif namun bisa pula berarti negatif. Dalam pengertian positif, deindustrialisasi merupakan pertanda bahwa industrialisasi merupakan fase yang berdiri di antara dua fase pertama dan ketiga dari perkembangan ekonomi. Fase pertama adalah perkembangan ekonomi yang dilandaskan pada sektor  primer, sedangkan fase ketiga adalah sektor tersier. Industrialisasi dengan demikian dapat dimaknai sebagai fase kedua dalam perkembangan ekonomi masyarakat dalam fungsinya sebagai sektor sekunder. Dalam evolusi perekonomian seperti itu, deindustrialisasi merupakan suatu keniscayaan.Tulisan ini mencoba untuk melihat berbagai sudut pandang mengenai konsep deindustrialisasi dan pengalaman di beberapa negara industri baru dalam menghadapi deindustrialisasi sehingga dapat mendudukkan pengertian deindustrialisasi dalam proporsi yang tepat. Terlepas dari perdebatan yang panjang mengenai apakah Indonesia saat ini sudah memasuki fase deindustrialisasi atau baru tahap gejala-gejala, namun peranan industri dalam perekonomian Indonesia tetaplah memegang peranan yang sangat penting baik dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor dan pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu  faktor-faktor penyebab deindustrialisasi harus dapat diantisipasi, sehingga tidak berdampak negatif  baik terhadap perekonomian Indonesia maupun sektor industri itu sendiri.


  © Blogger template Shush by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP